Senin, 01 Februari 2016

Legenda Putri Cilinaya Ada di Lombok Utara

Karang Bajo, Kepala Bidang Kebudayaan pada DIKBUDPORA Lombok Utara Rianom,S.Sos. menceritakan bahwa Legenda masyarakat Adat Tempo dulu  tentang Putri Cilinaya masih kita kenang dan Ada Peninggalan sejarah yang dapat kita temui yaitu di pantai Tanjung Menangis Desa Anyar Kecamatan Bayan Lombok Utara hal itu disampaikan pada acara Penutupan Pengarusutamaan gender untuk Perempuan Adat di Karang Bajo 31-01-16.

Kisah Putri Cilinaya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Bayan karena pada masa musim derama yang sering di mainkan dan di tampikan oleh Gerup Kesenian yang ada di Bayan seperti Drama Gong Panca Gema di Desa Anyar, Derama Gong Candra Kirana Desa Anyar, Derama Gong Karya Timbul Jaya Desa Karang Bajo dan yang paling terkenal pada waktu itu masih terkenang sampai sekarang adalah Derama Gong Candra Gita dari Karang Raden Desa tanjung Kecamatan tanjung Lombok Utara.

Putri Cilinaya adalah seroang anak dari Kerajaan Daha, Dulu kerajaan Daha pernah bernazar apabila nanti dia punya anak maka dia akan mempersembahkan seekor lembu berselimut sutra, bertanduk emas dan berkuku perak tetapi setelah  punya anak Raja Daha hanya mempersembahkan seekor lembu biasa jadi sepulang dari Bukit batu Kemeras Puri Cilinaya di terbangkan oleh angin puting Beliung, Raja Daha dan Istrinya tak kuasa menahan tangis karena hilangnya Putrinya.

Putri Cilinaya jatuh di Taman di Pinggir danau, Bayi Putri Cilinaya di temukan oleh sepasang suami istri penjaga Taman namanya Amak bangkol dan Inak bangkol, bayi itu di beri nama Cilinaya Oleh Amak bangkol dan Inak bangkol, Cilinaya tumbuh menjadi gadis yang cantik nan rupawan, Cilinaya adalah gadis yang cerdas dia pandai menenun, pandai memasak dan pandai merangkai bunga yang telah di ajarkan oleh amak bangkol dan inak bangkol.

Setelah tumbuh Remaja Cilinaya di pinang oleh seroang pangeran dari Kerajaan Keling yang bernama Raden Panji, setelah Cilinaya sedang Hamil besar barulah raden panji mengajak istrinya Pulang Ke kerajaan Keling untuk memperkenalkan istrinya kepada kedua orang tuanya dan menceritakan bahwa cilinaya adalah anak dari Tukang kebun yaitu Amak bangkol dan Inak bangkol, mendengar cerita ini raja keling sangat kecewa.

Suatu hari Raja Keling berpura pura sakit lalu menyuruh Raden Panji mencarikannya hati Kijang, begitu putranya telah pergi maka dipanggillah patih untuk membunuh menantunya sendiri karena dia tidak mau nama baik kerajaanya tercoreng gara gara mempunyai menantu dari orang biasa, cilinaya pada saat itu baru saja melahirkan seorang anak laki-laki setelah itu patih kerajaan Keling membawa cilinaya ke tanjung menangis di bawah pohon ketapang, sebelum mengakhiri hidupnya cilinaya berpesan kepada patih jika jika darah saya nanti ber bau amis berarti itu menandakan saya anak orang biasa namun jika darah saya berbau harum berarti saya putri dari seorang raja.

Setelah mendengar wasiat itu patih langsung membunuh cilinaya dengan sebuah keris, cilinaya tergeletak sambil memeluk bayinya yang sedang menangis, tak ayal lagi istri Raden Panji itu meninggal dan darah cilinaya harum, patih dan para pengawalnya sangat menyesal karena telah menghabisi nyawa cilinaya putrid dari Kerajaan daha. Cerita selengkapnya silahkan ke Penunggu makam Cilinaya di tanjung Menangis Desa Anyar.

Rianom S.Sos mengimbuhkan bahwa Kisah Cilinaya ini pernah  di tampilkan oleh Mahasiswa dari Lombok Utara pada saat Pestipal Budaya di Jogjakarta menjadi Drama kolosal yang hasilnya sungguh luar biasa maka kami berinisiatip kedepan dari Dinas kebudayaan Lombok Utara akan melakukan  Audisi untuk mencari calon bintang Putri Cilinaya di Lombok Utara hal itu dilakukan agar warga Lombok Utara tidak melupakan sejarah seperti di Lombok Tengah ada Legenda Putri mandalika ( Putri Nyale ). ( Kertamalip ).

1 komentar: