Senin, 26 Juni 2017

Lebaran Adat Bayan Hari Kamis 29-06-2017

Karang Bajo (SID). Lebaran Adat merupakan suatu kegiatan masyarakat yang dilaksanakan untuk memperingati satu sawal atau sering kita kenal dengan Idul fitri. Satu sawal dalam kegiatan Masyarakat adat berbeda dengan satu sawal dalam kegiatan Masyarakat pada umumnya, dimana satu sawalnya berdasarkan Kalender Wariga Adat Sereat Adat Bayan yang setiap tanggalnya mempunyai selisih dua atau tiga hari dengan tanggal Hijriah sehingga 1 Syawal 1438 Hijriah secara adat Bayan disebut taun see jatuh pada hari Kamis 29 Juni 2017.

Prosesi Lebaran Adat ini dilaksanakan selama dua (2) hari, yaitu hari pertama namanya “Kayu Aiq” dan hari kedua disebut “Gawe Hari Raya Idul Fitri”.
1.    Kayu Aiq pada hari Rabu 28 Juni 2017 adapun proses sebagai berikut:
Hari pertama atau yang disebut dengan hari Kayu Aiq adalah segala kegiatan yang dilakukan sebagai persiapan pada puncak acara. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
    Menyapu di kubur / Jiarah Makam para Wali.( seperti biasa )
    Menjojo ke Gedeng Tengaq, kegiatan Ini dilaksanakan pada pagi hari, alat yang digunakan dinamakan “kedak” yang terbuat dari bambu. Kegiatan ini dilkukan dari Rumah amak Lokak Gantungan Rombong dengan membawa sirih dan sembek. Setelah menjojo, dilakukan menyembek di berugak ianan Menik. Urutan menjojo yaitu Amak Lokak Gantungan Rombong, walin Gumi, Pande, Pembekel, singgan dalem dan dari Masyarakat adat. Sembek yang digunakan pada saat menjojo akan digunakan untuk menyembek Masyarakat adat yang datang pada Perayaan lebaran adat. Menjojo dilakukan untuk membersihkan gedeng tengak dan juga menyamapaikan adanya pelaksanaan lebaran tinggi. Sisa air yang digunakan pada saat naik amben gedeng digunakan untuk membasuh kening sebelum menyembek.
    Buat peset, wajik, gula kelapa ( Menu dari ketan )
Peset, wajik, dan gula kelapa ini dibuat untuk sidekah kepada para kyai di Masjid Kuno, dan juga untuk menu makanan setelah kyai menyeblih pada hari yang kedua. Menu ini dibuat oleh kaum perempuan, tetapi untuk kebutuhan santannya dilakukan oleh kaum pria.
    Mengosap di Makam Reak dan mas Pengulu yang ada disekitar Masjid Kuno, kegiatan ini dilaksanakan setelah jam 10 malam yaitu  Alat yang digunkan untuk mengosap adalah Usap. Yang ikut dalam prosesi ini yaitu dari pande, walin gumi, singgan dalem dan amak lokak gantungan rombong, yang jadi depan selalu bergantian setiap tahunnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam Masjid Kuno :
A.    Sholat Magrib
B.    Tekang fitrah (segala kegirangan di Dunia) dan sidekah hari raya (berupa peset) ke Masjid Kuno untuk Kyai, dan selanjutnya Kyai yang membagikannya kembali kepada para Pemangku.
C.    Sholat Isa dan shaolat minal witri dan witir,
D.    Takbiran.
Dalam setiap melaksanakan ibadah di Masjid Kuno, para Kyai mempunyai tempat masing-masing, yaitu :
a.    Sebelah utara mimbar     : Kyai dari Raden Batu Gerantung
b.    Sebelah selatan mimbar    : Kyai Pengulu, Lebe, Ketip dan Mudim (yang peling utara akan menjadi imam), santri yang lainnya sebagai hotbah dan makmum.
c.    Sebelah Utara pintu    : Santri semokan
d.    Sebelah selatan pintu    : Jamaah santri umum
Sementara didalam tiang yang empat tidak digunakan untuk ibadah, itu dokosongkan sebagai tempat untuk orang yang mengangkat.
2.    Gawe Hari Raya Idul Fitri
Gawe merupakan hari pada puncak acara yaitu hari yang kedua. Pada puncak acara ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu :
    Para Kiyai Santri paginya setelah melakukan sholat subuh di Masjid dia melakukan pemotongan hewan seperti ayam dan kambing baru mereka pergi mandi sunah Hari Raya di kali Muntur.
    Para Kiyai Santri yang di pimpin oleh Kiyai Penghulu dan Kiyai lebe melaksanakan Sholat Hari Raya Idul Fitri di Masjid Kuno.
    Sementara masyarakat adat membuat Ancak di dalam kampu. Ancak merupakan wadah untuk menaruh nasi dan lauk yan terbuat dari bambu berbentuk segi empat. Ancak yang dibuat hanya 16, dan kalau Kyai Lebe 8.
    Buat kelepon dan surabi ( Menu Makanan dari Ketan, Kelepon dan surabi dibuat oleh kaum perempuan.
    Masyarakat adat mengantar nasi ancak ke masjid kuno, nasi ancak ini di terima oleh para kiyai terlebih dahulu dilakukan do’a bersama yang di pimpin oleh Kiyai penghulu, setelah sajian makanan di terima baru proses periapan di masing masing kampu atau gubuk adat.
    Serah ajian makam ke Kyai Penghulu dan Kyai Lebe (serah nasi jangan sesampak dan peset sesampak)
    Mas Doa dari makam (surutang sembek mengosap), untuk Karang Bajo di makam reak dan makam Mas Pengulu
    Meriap di berugaq Agung
Meriap adalah prosesi yang terakhir dalam lebaran adat, yaitu makan bersama antara para kyai adat dan tokoh adat. Prosesi ini dilakukan di Berugak Agung . Untuk memulai meriap akan dipersilahkan (menyilak) oleh Amak Lokak Gantungan Rombong dengan menyampaikan semua niat dan nazar dari Mayarakat adat yang datang. ( Ardes ).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar